Kamis, 18 November 2010

Penyimpangan Aqidah dan Cara Penanggulangannya

Penyimpangan aqidah yang benar adalah kehancuran dan kesesatan , karena aqidah yang benar merupakan motivator utama untuk amal yang bermanfaat. Tanpa aqidah yang benar maka seseorang akan menjadi mangsa persangkaan dan keraguan yang lama – lama menumpuk serta menutup pandangannya terhadap jalan hidup kebahagiaan, sehingga hidupnya terasa sempit dan ia ingin terbebas dari kesempitan dan kesusahannya itu maka ia melakukan bunuh diri, sebagaimana yang terjadi pada orang yang kehilangan aqidah yang benar. Masyarakat yang tidak di pimpin oleh aqidah yang benar merupakan masyarakat BAHIMI (hewani) jadi masyarakat seperti ini sering bergelimpangan materi namun terkadang justru sering menyeret mereka pada kehancuran. Karena kekayaan materi perlu taujih (pengarahan) sesungguhnya dan tidak ada pembenaran kecuali dengan aqidah yang shahih, hal ini dapat di lihat dalam Qs. Al-Mu’minun:51, Qs. Saba’:10-11. Kekuatan aqidah tidak boleh dipisahkan dari kekuatan materi. Jika hal itu dilakukan dengan menyeleweng kepada aqidah batil, maka kekuatan materi akan berubah menjadi sarana penghancur dan perusak, seperti yang terjadi di negara – negara kafir yang tidak memiliki aqidah shahih.
Sebab–sebab penyimpangan aqidah shahih:

1. Kebodohan terhadap aqidah shahih, hal ini terjadi karena tidak mempelajari dan mengajarkan atau kurang perhatian terhadapnya. Sehingga tumbuh satu generasi yang tidak mengenal aqidah yang benar dan juga tidak mengenal lawan atau kebalikannya. Akibatnya, mereka meyakini yang haq sebagai sesuatu yang bathil dan yang bathil dianggap haq. Sebagaiman yang telah di ucapkan oleh umar : “Sesungguhnya ikatan sampul islam akan pudar demi satu demi satu manakala di dalam islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal kejahiliyahan.”

2. Ta’ashub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi , sekali itu bathil dan mencampakkanya apa yang menyalahinya,sekali hal itu pun benar. Terdapat pada Qs. Al –baqarah :170

3. Taqlid buta, dengan mengambil pendapat mnausia dalam masalah aqidah tanpa mengetahui dalilnya dan tanpa menyelidiki sejauh mana kebenarannya.

4. Ghuluw (berlebih -lebihan) dalam mencintai dan menghormati seorang wali atau orang shalih, yang di percaya bahwasanya seorang wali perantara antara Allah dan makhluk-Nya, sehingga sampai pada tingkat penyembahan para wali bukan Allah lagi. Sebagaimana yang terjadi pada kaum nabi Nuh, terdapat dalam Qs.Nuh:23, dan demikianlah yang terjadi pada masyarakat sekarang para pengaggung kuburan.

5. Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat–ayat kauniyyah serta terbuai dengan hasil teknologi dan kebudayaan, sampai – sampai mengira itu hasil manusia semata, sehingga mengagung– agungkannya sebagaimana kesombongan Qarun yang terdapat pada Qs. Al – Qashash:78, serta kesombongan – kesombongan manusia yang terdapat dalam Qs. Fushillat:50, Qs. Ash – shafat:96, Qs. Ibrahim:32 – 34.

6. Pada umumnya kehidupan rumah tangga sekarang ini kosong dari pengarahan aqidah yang shahih. Terdapat dalam hadits yang artinya”Setiap bayi yang dilahirkan atas dasar fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang kemudian membuat menjadi yahudi, nasharani dan majusi” (H.R Bukhari). Jadi orang tua punya andil besar dalam meluruskan jalan anak – anaknya.

7. Enggannya media pendidik dan media informasi melaksanakan tugasnya. Media tersebut enggan memperhatikan hal – hal yang dapat merusak aqidah.



Cara menanggulangi penyimpangann ini:

1. Kembali kepada kitabullah dan sunnah rasulullahuntuk mengambil aqidah shahih, juga mengkaji aqidah golongan sesat serta syubhat mereka agar kita mewaspadai, karena siapa tidak mengenal keburukan, di khawatirkan terperosok kedalamnya.

2. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahih,

3. Harus di tetapkan kitab – kitab yang mengajarkan pada aqidah shahih serta menjauhkan kitab yang menyimpang dijauhkan

4. Menyebarkan para da’i untuk meluruskan aqidah serta menjawab dan menolak seluruh aqidah batil.





DPMEF’10

Related Articles:

1 comment

14 April 2012 pukul 19.17

Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai akidah bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.

Posting Komentar